PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Unggas
adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan dan
cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis
dalam bentuk daging dan telur. Sistem
pencernaan adalah sistem organ
dalam multi sel yang menerima makanan,
mencernanya menjadi energi dan
nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem
pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Sistem reproduksi adalah
suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan
untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara
jantan dan betina.
Praktikum
Produksi Ternak Unggas bersifat wajib bagi mahasiswa Fakultas Peternakan
Semester 3.
Pelaksanaan melihat sistem pencernaan dan reproduksi pada unggas yaitu
mengetahui fungsi – fungsi pencernaan dan reproduksi unggas jantan dan betina
secara saksema, sehingga tahu siklus pencernaan dalam mengabsosi makanan dan
mempertahankan hidup dan meneruskan generasi penerus dengan alat reproduksi
yang baik
Tujuan praktikum
Praktikum sistem digesti dan sistem
pencernaan pada unggas bertujuan untuk mengetahui batasan masing-masing organ,
dan ukuran normal dari sistem digesti atau pencernaanayam serta alat reproduksi
ayam.
Manfaat Praktikum
Mengatahui
fungsi-fungsi dari masing-masing bagian dari alat reproduksi dan sistem
digesti, baik jantan maupun betina dan mengetahui laju pakan dalam sistem
digesti.
MATERI
DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam
praktikum sistem digesti dan reproduksi pada ayam adalah plastik ukuran 1x1,
trash bag, kain lap, gunting, pisau kecil bermerk scapel, timbangan bermerk camry kapasitas 5 kg kepekaan 1 g,
meteran
bermerk buterfly dan glove.
Bahan.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum sistem digesti dan reproduksi pada ayam adalah
ayam layer afkir berumur 72 minggu.
Metode
Ayam yang telah dipotong kemudian ditimbang lalu dibedah dan
dikeluarkan seluruh organ pencernaan dan organ reproduksinya. Pengeluaran organ
dilakukan dengan hati-hati agar tidak sampai putus dan sobek, kemudian
diletakkan diatas alas plastik yang diatur secara utuh kemudian digambar.
Setelah itu diukur panjang per bagian organ kemudian potong perbagian,
keluarkan kotorannya, kemudian dicuci lalu ditimbang dan dicatat berat
masing-masing organ.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sistem
digesti Unggas. Berdasarkan praktikum pengukuran
masing-masing bagian organ pencernaan pada ayam layer betina afkir berumur
lebih dari 72 minggu diperoleh hasil dalam tabel berikut:
Tabel 1. Organ
digesti ayam layer
Parameter
|
Ayam A (Kelompok 17)
|
Ayam B (Kelompok 16)
|
||
Panjang (cm)
|
Berat
(g)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
|
Oesophagus
|
19
|
3
|
18
|
17
|
Crop
|
-
|
6
|
-
|
6
|
Proventikulus
|
5
|
6
|
5
|
6
|
Ventrikulus
|
-
|
31
|
-
|
25
|
Usus halus:
|
|
|
|
|
Duodenum
|
34
|
7
|
26
|
6
|
Jejunum
|
59
|
11
|
68
|
13
|
Ilieum
|
54
|
13
|
59
|
14
|
Coecum
|
11,5
|
5
|
28
|
11
|
Usus besar
|
9,5
|
2
|
12
|
7
|
Kloaka
|
-
|
12
|
-
|
2
|
Tabel 2. Organ digesti tambahan ayam layer
Parameter
|
Ayam A (Kelompok 17)
|
Ayam B (Kelompok 16)
|
||
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
|
Hati
|
-
|
32
|
-
|
35
|
Pankreas
|
-
|
4
|
-
|
2
|
Limfa
|
-
|
1
|
-
|
5
|
Table 3. Sistem
Reproduksi Ayam Betina
|
Ayam A
|
Ayam B
|
||
Parameter
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(gram)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(gram)
|
Ovarium+ovum
|
1
|
46+15
|
-
|
37
|
Infundibulum
|
9
|
1
|
|
2
|
Magnum
|
30
|
36
|
|
39
|
Isthmus
|
12
|
8
|
16.5
|
6
|
Uterus
|
9
|
30
|
16
|
23
|
Vagina
|
4
|
2
|
|
3
|
Pembahasan
Sistem
Digesti
Sistem
digesti adalah suatu lintasan organ yang menghubungkan antara lingkungan dengan
proses metabolisme alamiah pada hewan (Amrullah, 2005). Ayam A dan B merupakan
ayam yang berumur lebih dari 72 minggu dengan berat ayam A 1485 gram dan ayam B
1471 gram. Sistem digesti pada unggas meliputi mulut (paruh), oesophagus, crop, proventikulus, gizzard, usus halus (duodenum, jejenum, ileum), coecum, rektum,
dan kloaka. Alat tambahan terdiri dari limfa, pankreas, dan hati. Proses pada saluran pencernaan unggas menggunakan
tiga prinsip: secara mekanik berlangsung pada uempedal, pencernaan secara
enzimatis terutama dibantu dengan adanya senyawa kimia dan kerjadari enzim yang
dihasilkan oleh alat-alat pencernaan. Pencernaan secara mikrobiologik terjadi
dengan adanya mikrobia yang ikut berperan dalam proses pencernaan. Pada ayam
pencernaan secara mikrobiologik tidak berperan besar seperti pada ternak lain,
hanya ditemukan mikrobia pada tembolokdan usus besar.
Paruh. Fungsi
paruh adalah untuk mengambil makanan, sedangkan lidah unggas yang panjang dan
terdapat penyaluran fungsi untuk memaksa bahan makanan masuk kedalam
kerongkongan atau oesophagus (Suprijatna,
2005). Menurut Mulut unggas tidak memiliki gigi tetapi
memiliki lidah yang kaku untuk membantu penelanan makanan. Menurut Suprijatna
(2005), mulut mensekresikan saliva 12
cc per 24 jam. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa saliva unggas
mengandung amylase dan sedikit lipase. Saliva dalam jumlah sedikit dikeluarkan dalam mulut untuk membantu
pada proses penelanan. Makanan selama dalam mulut tidak terjadi mastikasi,
karena makanan lewat dengan cepat masuk lewat oesophagus (gullet). Mulut pada unggas ditandai dengan tidak adanya
bibir, pipi, dan gigi. Pengganti fungsi gigi, pada mulut terdapat paruh dan
lidah.
Gambar 1. paruh
Oesophagus. Oesophagus
ayam A memiliki panjang 13 cm, dan berat 13 gram, ayam B memiliki panjang 10 cm
dan berat 3 gram. Ukuran oesophagus
ayam A dan ayam B berbeda karena ayam A lebih besar dari pada ayam B, namun ukuran berat dan
panjang keduannya tidak ada pada kisaran normal. Menurut Yuwanta (2004),
panjang oesophagus ayam adalah
berkisar antara 25 sampai 25 cm dengan berat berkisar antara 5 sampai 7,5 gram.
Menurut Yoder (2009), oesophagus
merupakan saluran lunak dan elastis
yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolos yang masuk. Oesophagus memanjang dari pharyng hingga
proventikulus melewati tembolok. Pada
dinding kerongkongan terdapat otot-otot yang mengatur gerakan peristaltic, yaitu gerakan meremas-remas
makanan berbentuk gumpalan-gumpalan untuk didorong masuk ke proventikulus. Oesophagus atau kerongkongan berupa pita tempat pakan melalui
saluran ini dari bagian belakang mulut pharynx
ke proventriculus (Yuwanta, 2004 ).
Gambar 2. Oesophagus
Tembolok
(crop). Berdasarkan hasil prektikum diperoleh hasil yaitu
tembolok ayam A tidak dapat ditentukan panjang dan beratnya, karena tembolok
aya A tergunting katika dilakukan pembedahan pada ayam. Ayam B memiliki panjang
13 cm dan berat 8 gram. Menurut Yuwanta (2004), kisaran normal panjang
cropadalah antara 7 sampai 10 cm dan berat antara 8 sampai 12 gram. Ukuran
tubuh ayam mempengaruhi ukuran organ-organ dalam tubuh ayam. Panjang crop ayam B jauh dari kisaran normal,
sedangkan beratnya ada pada kisaran normal.
Tembolok adalah modifikasi
dari oesophagus. Fungsi utama
tembolok adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama saat ayam makan
banyak. Bolus berada pada tembolok selama 2 jam (yuwanta 2004). Menurut
Suprijatna (2009), tembolok memiliki saray yang berhubungan dengan pusat
kenyang lapar di hypothalamus
sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan
respon pada saraf untuk makan atau menghentikan makan.
Gambar 3. Crop
Proventikulus. Berdasarkan hasil
praktikum diperoleh ukuran panjang proventikulus
ayam A 4,5 cm dan berat 6 gram, ayam B memiliki panjang 7 cm dan berat 13 gram.
Menurut Yuwanta (2004), panjang proventikulus
mempunyai kisaran normal 6 cm dan berat 5 sampai 7,5 gram. Berdasarkan
perbandingan hasil praktikum dengan literatur, panjang proventikulus ayam A dan B tidak ada pada kisaran normal. Berat proventikulus ayam B berada pada kisaran
normal, sedangkan ayam A dibawah kisaran normal. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan pemberian pakan (jenis pakan yang dikonsumsi), penyakit, umur, dan
jenis unggas. Menurut Oviedo (2005), didalam proventikulus pakan tercampur dengan getah proventikulus atau getah lambung. Pakan berlalu cepat melalui proventikulus maka tidak ada pencernaan
material pakan di sini. Akan tetapi, sekresi enzim mangalir kedalam gizzard sehingga dapat bekerja disini.
Menurut Yuwanta (2004), proventikulus disebut juga perut
kelenjar atau succenturiate ventricle atau glandular stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk
mencerna protein dan lemak. Pada ayam petelur produksi HCl akan menjadikan
suasana empedal menjadi asam (pH 1 sampai 2) untuk melumatkan 7 sampai 8 gram
CaCO3 dan fosfat,
mengionkan elektrolit, dan memecah
struktur tersier protein pakan.
Gambar 4. Proventikulus
Gizzard. Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh panjang gizzard
ayam A 10 cm dan panjang 51 gram, sedangkan ayam B panjang gizzard 7 cm dan
beratnya 32 gram. Dari hasi pengukuran panjang dan berat gizzard A dan B jauh
dari kisaran normal. Menurut Yuwanta (2004), kisaran panjang normal gizzard adalah 5 sampai 7,5 cm, dengan
berat 25 sampai 30 gram. Gizzard
berfungsi untuk memecah atau melumatkan pakan dan mencampur dengan air menjadi
pasta yang dinamakan cymne. Ukuran
dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh kebiasaan makan dari ayam tersebut.
Menurut Amrullah (2005), makanan dalam gizzard
akan dihancurkan secara mekanik dengan adanya kontraksi otot empedal yang
dibantu dengan adanya girt sehingga makanan makanan menjadi bentuk
pasta. Menurut Hardjosworo, (2006), proses pencernaan makanan secara normal
dapat dibantu oleh adanya kerikil yang biasa diambil dan ditelan melalui mulut.
Gambar 5. Gizzard
Usus
halus. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data duodenum ayam A memiliki panjang 26 cm
dan berat 8 gram, sedangkan pada ayam B panjangnya 14 cm dan beratnya 10 gram.
Panjang kedunya tidak sesuai. Jejenum
ayam A memiliki panjang 58 cm dan berat 13 gram, sedangkan panjang ayam B
panjangnya 62 cm dan beratnya 14 gram. Ileum
ayam A memiliki panjang 48 cm dan beratnya 13 gram, sedangkan ayam B panjangnya
52 cm dan beratnya 14 gram. Menurut Yuwanta (2004), usus halus dinamakan juga intestinum tenue, panjangnya mencapai
120 cm dan terbagi 3 bagian, yaitu duodenum,
jejenum, dan ileum. Panjang duodenum
mencapai 24 cm. Panjang dan berat usus halus dipengaruhi oleh umur, jenis,
pakan, dan bangsa.
Menurut Yuwanta (2004), duodenum merupakan sekresi enzim dari
pankreas dan getah empedu dari hati. Getah empedu mengandung garam empedu dan
lemak dalam bentuk kholesitokinin pankreosimin berisi kholesterol dan
fosfolipida. Duodenum melakukan
pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar yang
berupa pati, lemak, dan protein. Penyerapan hasil akhir kebanyakan terjadi di duodenum. Zat makanan yang belum
diselesaikan dalam duodenum
dilanjutkan dapa jejenum dan ileum
sampai tinggal bahan yang tidak dapat dicerna. Sepanjang permukaan kumen usus
halus terdapat banyak lipatan atau lekukan yang disebut vili atau jonjot usus. Vili
berfungsi memperluas permukaan usus sebagai proses penyerapan zat makanan akan
lebih sempurna. Menurut Yoder (2009), setiap vilus mengandung pembuluh limfa
yang disebut lacteal dan pembuluh kapiler.
Gambar 6. Usus halus (duodenum,
jejenum, ileum)
Coecum. Berdasarkan
hasil praktikum dapa diperoleh data panjang
coecum ayam A 17 cm dan berat 11 gram, sedangkan pada ayam B panjang coecum 29 cm dan berat 8 gram. Menurut
Muljowati (2006), berat normal coecum
adalah 6 sampai 8 gram. Panjang coecum
kedua ayam tidak sesuai dengan kisaran normal. Ketidak sesuaian ini disebabkan coecum dari kedua ayam terseut tidak
berkembang akibat dari pakan yang dikonsumsi. Berat coecum ayam B ada pada kisaran normal, sedangkan ayam A diatas
kisaran normal. Pada unggas sekum ada dua, yaitu bagian kanan dan kiri. Coecum mengalami digesti serat kasar
yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar (Yuwanta, 2004).
Gambar 7. Coecum
Usus
besar (rektum). Hasl praktikum diperoleh rektum ayam A
memiliki panjang 16 cm dan berat 7 gram, sedangkan ayam B berada memiliki
panjang 7 cm dan berat 2 gram. Berdasarkan hasil yang diperoleh panjang rektum
ayam A melebihi kisaran normal, sedangkan pada ayam B berada pada kisaran
normal. Berat rektum ayam A ada pada kisaran normal, sedangkan ayam B berada
pada kisaran nomal. Menurut Yuwanta (2004), kisaran panjang rektum ayam yaitu 7
cm.Menurut Yoder (2009), berat normal rektum 4 sampai 6 gram dan memiliki
panjang colon 7 hingga 10 cm. Usus besar berfungsi sebagai
penambah kandungan air dalam sel tubuh dan memberikan keseimbangan air dalam
tubuh ayam (Fadilah et al., 2004).
Gambar 8. Usus besar
Usus besar terjadi
perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi
feses. Pada bagian usus halus bermuara ureter
dari ginjal untuk membuang urin yang bercampur dengan feses sehingga feses
unggas dinamakan ekskreta. Feses dan
urin sebelum dikeluakan mengalami penyerapan air sekitar 72% sampai 75%. Rerata
waktu yang diperlukn untuk lintas pakan dalam saluran pencernaan unggas kurang
lebih 4 jam. Muara ureter dinamakan urodeum,
muara sperma pada ayam jantan dinamakan protodeum,
dan muara feses dinamakan koprodeum.
Kloaka.
Berdasarkan hasil praktikum diproleh data pada
ayam A panjang kloaka 4 cm dan berat 4 gram, sedangkan pada ayam B memiliki
panjang kloaka 2 cm dan berat 8 gram. Hali ini dipengaruhi oleh ukuran ayam yang
berbeda. Menurut Yuwanta (2004), panjang kloaka normal adalah 1,5 sampai 3 cm
dan berat kloaka normal adalah 10 gram. Dari hasil pengukuran ternyata berat
kloaka ayam A lebih besar perbedaannya dari pada ayam B dari kisaran normal.
Berat kloaka ayam A lebih mendekati kisaran normal dari pada berat kloaka ayam
B. Hal ini dikarenakan kloaka masih mengandung pakan yang akan di eksresikan
menjadi ekskreta. Menurut Yuwanta
(2004), kloaka sering disebut juga common
sewer yaitu saluran umum tempat
saluran pencernaan, saluran reproduksi dan saluran kencing bermuara. Kloaka
merupakan tempat keluarnya eksreta karena urodeum
dan cuprodeum terletak berhimpitan.
Gambar 9. Kloaka
Organ
tambahan
Organ-organ tambahan
yang ada tersebut, dalam sistem pencernaan juga terdapat organ tambahan atau
organ aksesoris. Organ itu adalah hati, limfa, dan pankreas (Yuwanta, 2004).
Hati. Hati dalam proses pencernaan
berfungsi untuk berfungsi untuk mensekresikan getah empedu yang dibawa kedalam
empedu. Fungsi dari getah empedu sebagai penetral asam lambung (HCl), membentuk
sabun terlarut dengan lemak bebas. Kebua funfsi ini membantu dalam absobsi dan
translokasi asam lemak (Yuwanta, 2004). Hati tersusun atas dua lobi besar.
Fungsi utamanya dalam pencernaan dan absorbsi adalah produksi empedu. Empedu
penting dalam proses penyerapan lemak, pakan dan ekskresi limbah produk seperti
kolesterol (Suprijatna, 2005).
Gambar 10. Hati
Pankreas. Pankreas terdapat pada
lipatan duodenum menghasilkan pancreatic juice yang
mengandung amylase, lipase, dan trypsin untuk mencerna karbohidrat, lemak, dan protein. Pankreas
merupakan suatu kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin, berfungsi
mensekresikan hormon insulin dan glikagon. Pankreas sebagai kelenjar
eksokrin, berfungsi mensekresikan cairan yang diperlikan bagi proses pencernaan
di dalam usus halus yaitu pancreatic
juice (Amrullah, 2004). Pankreas terletak di sepenjang duodenum yang mensekresikan getah pankreas yang berfungsi dalam
pencernaan pati, lemak, dan protein. Pankreas memiliki fungsi yaitu endokrin
sebagai penghasil hormon insulin dan eksokrin sebagai penghasil getah
pencernaan yang mengandung enzim (tripsinogen,
kemotripsinogen), lipase, dan amilase (Yuwanta, 2004).
Gambar 11. Pankreas
Limfa. Limfa berada di sebelah kiri dan
kanan duodenum, sedikit diatas empedu
dan berwarna kemerah-merahan. Bentuk limfa yaitu bulat dan tersusun oleh
lapisan jaringan keputihan. Fungsi dari limfa adalah untuk pembentukan sel
darah merah dan sel darah putih (Muljowati, 2006).
Gambar 12. Limfa
Sistem
reproduksi ayam betina
Anatomi alat
reproduksi betina terdiri atas dua bagian utama, yaitu ovarium dan oviduct. Oviduct terdiri dari infudibulum, magnum, dan isthmus, uterus, vagina dan kloaka. Alat
reproduksi pada unggas yang berkembang hanya sebelah kiri, sedangkan sebelah
kanan mengalami rudimenter.
Ovarium. Ovarium merupakan alat reproduksi, perkembangan, dan pemasakan sel
telur (ovum). Berdasarkan hasil
praktikum, berat ovarium ayam A
adalah 26 gram, sedangkan ayam B 18 gram. Menurut Yuwanta (2004), ovarium pada unggas dinamakan juga folikel. Ovarium juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla
pada bagian dalam. Cortex mengandung
mengandung folikel dan pada folikel
terdapat sel-sel telur. Folikel akan
masak pada 9 sampai 10 hari sebelum ovulasi.
Folikel dikelilingi oleh pembuluh
darah, kecuali pada bagian stigma.
Apabila ovum sudah masak stigma akan sobek sehingga terjadi ovulasi. Robeknya stigma dikontrol oleh hormon LH.
Menurut Muljowati (2006), ovarium
terdapat dua buah, yaitu bagian kanan dan kiri
yang terdapat dalam rongga pelvis.
Strukturnya oval, ovarium tidak terikat dengan tuba fallopii
dengan saluran telur yang terbuka ke arah fimbriae.
Gambar 13. Ovarium
Oviduct. Oviduct terdiri atas infudibulum, magnum, isthmus.
Infudibulum.
Hasil
pengamtan yang diperoleh panjang infudibulum
ayam A adalah 9 cm dengan berat 3 gram. Ayam B memiliki panjang infudibulum 10 cm dan berat 8 gram.
Menurut Sudarmono (2003), panjang rata-rata infudibulum
sebesar 11,5 cm. Infudibulum ayam B
ada pada kisaran normal, sedangkan ayam A tidak sesuai dengan kisaran normal.
Fungsi utama dari infudibulum adalah
menangkap ovum yang masuk.
Gambar 14. Infudibulum
Magnum.
Hasil yang didapatkan daripengukuran panjang magnum yaitu pada ayam A adalah 11 cm dan berat 9 gram, sedangkan
pada ayam B panjang magnum 18 cm dan berat 13 gram. Menurut Muljowati (2006),
peranan magnum yaitu membentuk albumen sebanyak 60% dan membentuk kalaza selama yolk mengalir. Oleh karena itu membutuhkan saluran yang panjang.
Gambar 15. Magnum
Isthmus.
Isthmus mempunyai fungsi yaitu
mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang isthmus pada yam A adalah 6 cm dan pada ayam B sebesar 13 cm,
Menurut Yuwanta (2004), kisaran normal panjang isthmus adalah 10 cm. Bardasrkan hasil pengamatan, maka panjang isthmus ayam A dan B tidak ada kisaran
normal. Berat isthmus yang diperoleh
dari ayam A adalah 7 gram dan ayam B 5 gram. Isthmus bagan depan yang berdekatan dengan magnum berwarna putih sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung banyak pembuluh darah
sehingga memberikan warna merah (Yuwanta, 2004).
Gambar 16. Isthmus
Uterus.
Hasil pengamatan menunjukkan panjang uterus
ayam A 10 cm dan berat 9 gram, sedangkan panjang uterus ayam B 7 cm dengan berat 18 gram. Menurut Yuwanta (2004),
panjang isthmus yaitu 16,5 cm dan
berat 29 gram. Kondisi hasil pengamatan
kurang sesuai dengan kisaran normal.
Gambar 17. Uterus
Vagina. Vagina merupakan tempat
keluarnya telur dari hasil pembentukan telur oleh alat reproduksi di atas. Pada
praktikum kali ini didapatkan panjangvagina pada aym A adalah 7 cm dan berat 14
gram sedangkan pada ayam B panjangnya 2 cm dan berat 1 gram. Hasil pengukuran
kedua ayam tersebut tidak sesuai dengan data dari Suprijatna et.,al, (2005), panjang normal vagina
ayam selama produksi telur sekitar 12 cm. Perbedaan ini dipengaruhi oleh umur,
pakan dan bangsa ayam.
Gambar 18. Vagina
Sistem
Reproduksi Jantan
Alat reproduksi
jantan pada unggasdibagi dalam tiga bagian utama, yaitu sepasang testis,
saluran deferens, dan alayt kopulasi.
Testis.
Unggas jantan memiliki dua buah testis
yang terletak dibagian atas rongga perut dengan posisi memanjang di punggung
mendekati ginjal. Testis berbentuk
biji buah buncis dengan warna putih krem. Testis
terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albuginea yang lunak. Besar testis
tergantung dari umur, strain, dan
musim (Yuwanta, 2004). Testis
menghasilkan sperma untuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina dan
hormon jantan androgen, yang bertanggung jawab terhadap munculnya karakteristik
kelamin sekunder unggas jantan, seperti jengger yang berwarna merah cerah,
bulu, dan respon berkokok (Hardjosworo, 2006).
Ductus deferens. Ductus
deferens terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas yang
merupakan muara sperma dan testis. Sedangkan bagian bawah merupakan
perpanjangan dari saluran epididimis dinamakan ductus deferens, sperma
mengalami pemasakan dan penyimpanan sperma
terjadi pada 65% bagian distal saluran deferns
(Wihandoyo, 2008). Ductus deferens tidak bermuara kedalam organ
kopulasi seperti pada spesies lainnya, tetapi kedalam papilla kecil (tonjolan
seperti jari-jari tangan). Tonjolan-tonjolan ini terletak pada dinding dorsal
kloaka dan berperan sebagai organ yang berfungsi untuk mengangkut semen
(Fadilah dan Polana, 2004).
Alat
kopulasi. Alat kopulasi pada unggas (ayam) berupa papila (penis)
yang mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk seperti spira dengan
panjang 12 sampai 18 cm. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang
bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi (Wihandoyo, 2008
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan
dan pengukuran dari masing-masing organ reproduksi dan sistem digesti dapat
disimpulkan bahwa alat pencernaan ayam terdiri dari mulut, oesophagus, crop, proventikulus, gizzard, usus halus (duodenum,
jejenum, ileum), coecum, rektum dan kloaka. Organ tambahan pencernaan
meliputi hati, limfa, dan pankreas. Alat reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium, oviduct (infudibulum, isthmus,
magnum), uterus, vagina, dan kloaka. Organ digesti yang berada pada kisaran
normal dipengaruhi oleh jenis dan bangsa ayam, umur, jenis kelamin, jenis pakan
yang biasa diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah.
I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler.
Lembaga Satu Gunungbudi IPB. Bogor.
Fadilah, R., dan Polana, A. 2004. Aneka PenyakitPadaAyam Dan Cara
.Mengatasinya.AgroMediaPustaka.Tangerang.
Hardjosworo, Peni S. 2006. Meningkatkan Produksi Daging Unggas.
Penebar Swadya, Jakarta
Muljowati, S, et,. al. 2006. Dasar Ternak Unggas. Unsoed. Purwokerto.
Oviedo,
Rondon, E. O., M. E. Hume, C. Hernandez, and S. Clemente, Hernandez. 2006.
Intestinal microbial ecology of broiler vaccinated and challenged with mixed
Eimeria species, and supplemented with essential oil blends. Poult. Sci.
85:854-860
Sastrodihardjo,
S.dan H. Resnawati. 2005. Inseminasi
Buatan Ayam Buras: Meningkatkan Produksi Telur mendukung Pengadaan DOC Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur.
Kanisius, Yogyakarta.
Suprijatna, E., Atmomarsono, U.,
danKartasudjana, R. 2005.Ilmu Dasar
Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta
Wihandoyo.,
J. H. P. Sidolog, H. Sasongko, S. Sudaryati, T. Yuwanta. 2008. Ilmu Ternak Unggas, Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Yoder,
C. A., J. K. Graham, and L. A. Miller. 2009. Molecular Effect of Nicarbazin on Avian Reproduction. National Wildlife
Research Center, 4101 Laporte Avenue, Fort Collins, Colorado 80521-2154; and
Departement of Biomedical Sciences/ physiology, Colorado State University,
Fort Collins 80523.
Yuwanta,
T. 2004. Dasar ternak Unggas.
Kanisius. Yogyakarta.