Kamis, 03 April 2014

PENDAHULUAN
Latar Belakang

            Unggas adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging dan telur. Sistem pencernaan adalah sistem organ dalam multi sel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina.
Praktikum Produksi Ternak Unggas bersifat wajib bagi mahasiswa Fakultas Peternakan Semester 3. Pelaksanaan melihat sistem pencernaan dan reproduksi pada unggas yaitu mengetahui fungsi – fungsi pencernaan dan reproduksi unggas jantan dan betina secara saksema, sehingga tahu siklus pencernaan dalam mengabsosi makanan dan mempertahankan hidup dan meneruskan generasi penerus dengan alat reproduksi yang baik

Tujuan praktikum
            Praktikum sistem digesti dan sistem pencernaan pada unggas bertujuan untuk mengetahui batasan masing-masing organ, dan ukuran normal dari sistem digesti atau pencernaanayam serta alat reproduksi ayam.



Manfaat Praktikum
Mengatahui fungsi-fungsi dari masing-masing bagian dari alat reproduksi dan sistem digesti, baik jantan maupun betina dan mengetahui laju pakan dalam sistem digesti.


























MATERI DAN METODE

Materi
            Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum sistem digesti dan reproduksi pada ayam adalah plastik ukuran 1x1, trash bag, kain lap, gunting, pisau kecil bermerk scapel, timbangan bermerk camry kapasitas 5 kg kepekaan 1 g, meteran bermerk buterfly dan glove.
            Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum sistem digesti dan reproduksi pada ayam adalah ayam layer afkir berumur 72 minggu.

Metode
  Ayam yang telah dipotong kemudian ditimbang lalu dibedah dan dikeluarkan seluruh organ pencernaan dan organ reproduksinya. Pengeluaran organ dilakukan dengan hati-hati agar tidak sampai putus dan sobek, kemudian diletakkan diatas alas plastik yang diatur secara utuh kemudian digambar. Setelah itu diukur panjang per bagian organ kemudian potong perbagian, keluarkan kotorannya, kemudian dicuci lalu ditimbang dan dicatat berat masing-masing organ.










HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sistem digesti Unggas. Berdasarkan praktikum pengukuran masing-masing bagian organ pencernaan pada ayam layer betina afkir berumur lebih dari 72 minggu diperoleh hasil dalam tabel berikut:
Tabel 1. Organ digesti ayam layer
Parameter
Ayam A (Kelompok 17)
Ayam B (Kelompok 16)
Panjang     (cm)
Berat (g)
Panjang (cm)
Berat (g)
Oesophagus
19
3
18
17
Crop
-
6
-
  6
Proventikulus
5
6
5
  6
Ventrikulus
-
31
-
25
Usus halus:




Duodenum
34
7
26
  6
Jejunum
59
11
68
13
Ilieum
54
13
59
14
Coecum
   11,5
  5
28
11
Usus besar
     9,5
  2
12
  7
Kloaka
-
12
-
  2

Tabel 2. Organ digesti tambahan ayam layer
Parameter
Ayam A (Kelompok 17)
Ayam B (Kelompok 16)
Panjang (cm)
Berat (g)
Panjang (cm)
Berat (g)
Hati
-
32
-
35
Pankreas
-
4
-
2
Limfa
-
1
-
5











Table 3. Sistem Reproduksi Ayam Betina

Ayam A
Ayam B
Parameter
Panjang
(cm)
Berat
(gram)
Panjang
(cm)
Berat
(gram)
Ovarium+ovum
1
46+15
-
37
Infundibulum
9
1

2
Magnum     
30
36

39
Isthmus
12
8
16.5
6
Uterus
9
30
16
23
Vagina
4
2

3

Pembahasan
Sistem Digesti
            Sistem digesti adalah suatu lintasan organ yang menghubungkan antara lingkungan dengan proses metabolisme alamiah pada hewan (Amrullah, 2005). Ayam A dan B merupakan ayam yang berumur lebih dari 72 minggu dengan berat ayam A 1485 gram dan ayam B 1471 gram. Sistem digesti pada unggas meliputi mulut (paruh), oesophagus, crop, proventikulus, gizzard, usus halus (duodenum, jejenum, ileum), coecum, rektum, dan kloaka. Alat tambahan terdiri dari limfa, pankreas, dan hati.  Proses pada saluran pencernaan unggas menggunakan tiga prinsip: secara mekanik berlangsung pada uempedal, pencernaan secara enzimatis terutama dibantu dengan adanya senyawa kimia dan kerjadari enzim yang dihasilkan oleh alat-alat pencernaan. Pencernaan secara mikrobiologik terjadi dengan adanya mikrobia yang ikut berperan dalam proses pencernaan. Pada ayam pencernaan secara mikrobiologik tidak berperan besar seperti pada ternak lain, hanya ditemukan mikrobia pada tembolokdan usus besar.
            Paruh. Fungsi paruh adalah untuk mengambil makanan, sedangkan lidah unggas yang panjang dan terdapat penyaluran fungsi untuk memaksa bahan makanan masuk kedalam kerongkongan atau oesophagus (Suprijatna, 2005). Menurut  Mulut unggas tidak memiliki gigi tetapi memiliki lidah yang kaku untuk membantu penelanan makanan. Menurut Suprijatna (2005), mulut mensekresikan saliva 12 cc per 24 jam. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa saliva unggas mengandung amylase dan sedikit lipase. Saliva dalam jumlah sedikit dikeluarkan dalam mulut untuk membantu pada proses penelanan. Makanan selama dalam mulut tidak terjadi mastikasi, karena makanan lewat dengan cepat masuk lewat oesophagus (gullet). Mulut pada unggas ditandai dengan tidak adanya bibir, pipi, dan gigi. Pengganti fungsi gigi, pada mulut terdapat paruh dan lidah.
Gambar 1. paruh
Oesophagus. Oesophagus ayam A memiliki panjang 13 cm, dan berat 13 gram, ayam B memiliki panjang 10 cm dan berat 3 gram. Ukuran oesophagus ayam A dan ayam B berbeda karena ayam A lebih besar  dari pada ayam B, namun ukuran berat dan panjang keduannya tidak ada pada kisaran normal. Menurut Yuwanta (2004), panjang oesophagus ayam adalah berkisar antara 25 sampai 25 cm dengan berat berkisar antara 5 sampai 7,5 gram. Menurut Yoder (2009), oesophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolos yang masuk. Oesophagus memanjang dari pharyng hingga proventikulus melewati tembolok. Pada dinding kerongkongan terdapat otot-otot yang mengatur gerakan peristaltic, yaitu gerakan meremas-remas makanan berbentuk gumpalan-gumpalan untuk didorong masuk ke proventikulus. Oesophagus atau kerongkongan berupa pita tempat pakan melalui saluran ini dari bagian belakang mulut pharynx ke proventriculus (Yuwanta, 2004 ).
Gambar 2. Oesophagus
Tembolok (crop). Berdasarkan hasil prektikum diperoleh hasil yaitu tembolok ayam A tidak dapat ditentukan panjang dan beratnya, karena tembolok aya A tergunting katika dilakukan pembedahan pada ayam. Ayam B memiliki panjang 13 cm dan berat 8 gram. Menurut Yuwanta (2004), kisaran normal panjang cropadalah antara 7 sampai 10 cm dan berat antara 8 sampai 12 gram. Ukuran tubuh ayam mempengaruhi ukuran organ-organ dalam tubuh ayam. Panjang crop ayam B jauh dari kisaran normal, sedangkan beratnya ada pada kisaran normal.
Tembolok adalah modifikasi dari oesophagus. Fungsi utama tembolok adalah untuk menyimpan pakan sementara, terutama saat ayam makan banyak. Bolus berada pada tembolok selama 2 jam (yuwanta 2004). Menurut Suprijatna (2009), tembolok memiliki saray yang berhubungan dengan pusat kenyang lapar di hypothalamus sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan respon pada saraf untuk makan atau menghentikan makan.

Gambar 3. Crop
Proventikulus. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh ukuran panjang proventikulus ayam A 4,5 cm dan berat 6 gram, ayam B memiliki panjang 7 cm dan berat 13 gram. Menurut Yuwanta (2004), panjang proventikulus mempunyai kisaran normal 6 cm dan berat 5 sampai 7,5 gram. Berdasarkan perbandingan hasil praktikum dengan literatur, panjang proventikulus ayam A dan B tidak ada pada kisaran normal. Berat proventikulus ayam B berada pada kisaran normal, sedangkan ayam A dibawah kisaran normal. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan pemberian pakan (jenis pakan yang dikonsumsi), penyakit, umur, dan jenis unggas. Menurut Oviedo (2005), didalam proventikulus pakan tercampur dengan getah proventikulus atau getah lambung. Pakan berlalu cepat melalui proventikulus maka tidak ada pencernaan material pakan di sini. Akan tetapi, sekresi enzim mangalir kedalam gizzard sehingga dapat bekerja disini.
Menurut Yuwanta (2004), proventikulus disebut juga perut kelenjar atau succenturiate ventricle atau glandular stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak. Pada ayam petelur produksi HCl akan menjadikan suasana empedal menjadi asam (pH 1 sampai 2) untuk melumatkan 7 sampai 8 gram CaCO3 dan fosfat, mengionkan elektrolit, dan memecah struktur tersier protein pakan.
Gambar 4. Proventikulus
Gizzard. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh panjang gizzard ayam A 10 cm dan panjang 51 gram, sedangkan ayam B panjang gizzard 7 cm dan beratnya 32 gram. Dari hasi pengukuran panjang dan berat gizzard A dan B jauh dari kisaran normal. Menurut Yuwanta (2004), kisaran panjang normal gizzard adalah 5 sampai 7,5 cm, dengan berat 25 sampai 30 gram. Gizzard berfungsi untuk memecah atau melumatkan pakan dan mencampur dengan air menjadi pasta yang dinamakan cymne. Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh kebiasaan makan dari ayam tersebut. Menurut Amrullah (2005), makanan dalam gizzard akan dihancurkan secara mekanik dengan adanya kontraksi otot empedal yang dibantu dengan adanya girt  sehingga makanan makanan menjadi bentuk pasta. Menurut Hardjosworo, (2006), proses pencernaan makanan secara normal dapat dibantu oleh adanya kerikil yang biasa diambil dan ditelan melalui mulut.
Gambar 5. Gizzard
Usus halus. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data duodenum ayam A memiliki panjang 26 cm dan berat 8 gram, sedangkan pada ayam B panjangnya 14 cm dan beratnya 10 gram. Panjang kedunya tidak sesuai. Jejenum ayam A memiliki panjang 58 cm dan berat 13 gram, sedangkan panjang ayam B panjangnya 62 cm dan beratnya 14 gram. Ileum ayam A memiliki panjang 48 cm dan beratnya 13 gram, sedangkan ayam B panjangnya 52 cm dan beratnya 14 gram. Menurut Yuwanta (2004), usus halus dinamakan juga intestinum tenue, panjangnya mencapai 120 cm dan terbagi 3 bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Panjang duodenum mencapai 24 cm. Panjang dan berat usus halus dipengaruhi oleh umur, jenis, pakan, dan bangsa.
Menurut Yuwanta (2004), duodenum merupakan sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati. Getah empedu mengandung garam empedu dan lemak dalam bentuk kholesitokinin pankreosimin berisi kholesterol dan fosfolipida. Duodenum melakukan pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar yang berupa pati, lemak, dan protein. Penyerapan hasil akhir kebanyakan terjadi di duodenum. Zat makanan yang belum diselesaikan dalam duodenum dilanjutkan dapa jejenum dan ileum sampai tinggal bahan yang tidak dapat dicerna. Sepanjang permukaan kumen usus halus terdapat banyak lipatan atau lekukan yang disebut vili atau jonjot usus. Vili berfungsi memperluas permukaan usus sebagai proses penyerapan zat makanan akan lebih sempurna. Menurut Yoder (2009), setiap vilus mengandung pembuluh limfa yang disebut lacteal dan pembuluh kapiler.
              
Gambar 6. Usus halus (duodenum, jejenum, ileum)
Coecum. Berdasarkan hasil praktikum dapa diperoleh data panjang coecum ayam A 17 cm dan berat 11 gram, sedangkan pada ayam B panjang coecum 29 cm dan berat 8 gram. Menurut Muljowati (2006), berat normal coecum adalah 6 sampai 8 gram. Panjang coecum kedua ayam tidak sesuai dengan kisaran normal. Ketidak sesuaian ini disebabkan coecum dari kedua ayam terseut tidak berkembang akibat dari pakan yang dikonsumsi. Berat coecum ayam B ada pada kisaran normal, sedangkan ayam A diatas kisaran normal. Pada unggas sekum ada dua, yaitu bagian kanan dan kiri. Coecum mengalami digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar (Yuwanta, 2004).
Gambar 7. Coecum
Usus besar (rektum). Hasl praktikum diperoleh rektum ayam A memiliki panjang 16 cm dan berat 7 gram, sedangkan ayam B berada memiliki panjang 7 cm dan berat 2 gram. Berdasarkan hasil yang diperoleh panjang rektum ayam A melebihi kisaran normal, sedangkan pada ayam B berada pada kisaran normal. Berat rektum ayam A ada pada kisaran normal, sedangkan ayam B berada pada kisaran nomal. Menurut Yuwanta (2004), kisaran panjang rektum ayam yaitu 7 cm.Menurut Yoder (2009), berat normal rektum 4 sampai 6 gram dan memiliki panjang colon 7 hingga 10 cm. Usus besar berfungsi sebagai penambah kandungan air dalam sel tubuh dan memberikan keseimbangan air dalam tubuh ayam (Fadilah et al., 2004).
Gambar 8. Usus besar
Usus besar terjadi perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses. Pada bagian usus halus bermuara ureter dari ginjal untuk membuang urin yang bercampur dengan feses sehingga feses unggas dinamakan ekskreta. Feses dan urin sebelum dikeluakan mengalami penyerapan air sekitar 72% sampai 75%. Rerata waktu yang diperlukn untuk lintas pakan dalam saluran pencernaan unggas kurang lebih 4 jam. Muara ureter dinamakan urodeum, muara sperma pada ayam jantan dinamakan protodeum, dan muara feses dinamakan koprodeum.
Kloaka.  Berdasarkan hasil praktikum diproleh data pada ayam A panjang kloaka 4 cm dan berat 4 gram, sedangkan pada ayam B memiliki panjang kloaka 2 cm dan berat 8 gram. Hali ini dipengaruhi oleh ukuran ayam yang berbeda. Menurut Yuwanta (2004), panjang kloaka normal adalah 1,5 sampai 3 cm dan berat kloaka normal adalah 10 gram. Dari hasil pengukuran ternyata berat kloaka ayam A lebih besar perbedaannya dari pada ayam B dari kisaran normal. Berat kloaka ayam A lebih mendekati kisaran normal dari pada berat kloaka ayam B. Hal ini dikarenakan kloaka masih mengandung pakan yang akan di eksresikan menjadi ekskreta. Menurut Yuwanta (2004), kloaka sering disebut juga common sewer yaitu saluran umum tempat saluran pencernaan, saluran reproduksi dan saluran kencing bermuara. Kloaka merupakan tempat keluarnya eksreta karena urodeum dan cuprodeum terletak berhimpitan.
Gambar 9. Kloaka
Organ tambahan
            Organ-organ tambahan yang ada tersebut, dalam sistem pencernaan juga terdapat organ tambahan atau organ aksesoris. Organ itu adalah hati, limfa, dan pankreas (Yuwanta, 2004).
            Hati. Hati dalam proses pencernaan berfungsi untuk berfungsi untuk mensekresikan getah empedu yang dibawa kedalam empedu. Fungsi dari getah empedu sebagai penetral asam lambung (HCl), membentuk sabun terlarut dengan lemak bebas. Kebua funfsi ini membantu dalam absobsi dan translokasi asam lemak (Yuwanta, 2004). Hati tersusun atas dua lobi besar. Fungsi utamanya dalam pencernaan dan absorbsi adalah produksi empedu. Empedu penting dalam proses penyerapan lemak, pakan dan ekskresi limbah produk seperti kolesterol (Suprijatna, 2005).
Gambar 10. Hati
            Pankreas. Pankreas terdapat pada lipatan duodenum  menghasilkan pancreatic juice yang mengandung amylase, lipase, dan trypsin untuk mencerna karbohidrat, lemak, dan protein. Pankreas merupakan suatu kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin, berfungsi mensekresikan hormon insulin dan glikagon. Pankreas sebagai kelenjar eksokrin, berfungsi mensekresikan cairan yang diperlikan bagi proses pencernaan di dalam usus halus yaitu pancreatic juice (Amrullah, 2004). Pankreas terletak di sepenjang duodenum yang mensekresikan getah pankreas yang berfungsi dalam pencernaan pati, lemak, dan protein. Pankreas memiliki fungsi yaitu endokrin sebagai penghasil hormon insulin dan eksokrin sebagai penghasil getah pencernaan yang mengandung enzim (tripsinogen, kemotripsinogen), lipase, dan amilase (Yuwanta, 2004).
Gambar 11. Pankreas
            Limfa. Limfa berada di sebelah kiri dan kanan duodenum, sedikit diatas empedu dan berwarna kemerah-merahan. Bentuk limfa yaitu bulat dan tersusun oleh lapisan jaringan keputihan. Fungsi dari limfa adalah untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih (Muljowati, 2006).
Gambar 12. Limfa
Sistem reproduksi ayam betina
            Anatomi alat reproduksi betina terdiri atas dua bagian utama, yaitu ovarium dan oviduct. Oviduct terdiri dari infudibulum, magnum, dan isthmus, uterus, vagina dan kloaka. Alat reproduksi pada unggas yang berkembang hanya sebelah kiri, sedangkan sebelah kanan mengalami rudimenter.
            Ovarium. Ovarium merupakan alat reproduksi, perkembangan, dan pemasakan sel telur (ovum). Berdasarkan hasil praktikum, berat ovarium ayam A adalah 26 gram, sedangkan ayam B 18 gram. Menurut Yuwanta (2004), ovarium pada unggas dinamakan juga folikel. Ovarium juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian dalam. Cortex mengandung mengandung folikel dan pada folikel terdapat sel-sel telur. Folikel akan masak pada 9 sampai 10 hari sebelum ovulasi. Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum sudah masak stigma akan sobek sehingga terjadi ovulasi. Robeknya stigma dikontrol oleh hormon LH. Menurut Muljowati (2006), ovarium terdapat dua buah, yaitu bagian kanan dan kiri  yang terdapat dalam rongga pelvis. Strukturnya oval, ovarium tidak terikat dengan tuba fallopii dengan saluran telur yang terbuka ke arah fimbriae.
Gambar 13. Ovarium
Oviduct. Oviduct terdiri atas infudibulum, magnum, isthmus.
Infudibulum. Hasil pengamtan yang diperoleh panjang infudibulum ayam A adalah 9 cm dengan berat 3 gram. Ayam B memiliki panjang infudibulum 10 cm dan berat 8 gram. Menurut Sudarmono (2003), panjang rata-rata infudibulum sebesar 11,5 cm. Infudibulum ayam B ada pada kisaran normal, sedangkan ayam A tidak sesuai dengan kisaran normal. Fungsi utama dari infudibulum adalah menangkap ovum yang masuk.
Gambar 14. Infudibulum
            Magnum. Hasil yang didapatkan daripengukuran panjang magnum yaitu pada ayam A adalah 11 cm dan berat 9 gram, sedangkan pada ayam B panjang magnum 18 cm dan berat 13 gram. Menurut Muljowati (2006), peranan magnum yaitu membentuk albumen sebanyak 60% dan membentuk kalaza selama yolk mengalir. Oleh karena itu membutuhkan   saluran yang panjang.
Gambar 15. Magnum
            Isthmus. Isthmus mempunyai fungsi yaitu mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang isthmus pada yam A adalah 6 cm dan pada ayam B sebesar 13 cm, Menurut Yuwanta (2004), kisaran normal panjang isthmus adalah 10 cm. Bardasrkan hasil pengamatan, maka panjang isthmus ayam A dan B tidak ada kisaran normal. Berat isthmus yang diperoleh dari ayam A adalah 7 gram dan ayam B 5 gram. Isthmus bagan depan yang berdekatan dengan magnum berwarna putih sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah (Yuwanta, 2004).
Gambar 16. Isthmus
            Uterus. Hasil pengamatan menunjukkan panjang uterus ayam A 10 cm dan berat 9 gram, sedangkan panjang uterus ayam B 7 cm dengan berat 18 gram. Menurut Yuwanta (2004), panjang isthmus yaitu 16,5 cm dan berat 29 gram.  Kondisi hasil pengamatan kurang sesuai dengan kisaran normal.
Gambar 17. Uterus
            Vagina. Vagina merupakan tempat keluarnya telur dari hasil pembentukan telur oleh alat reproduksi di atas. Pada praktikum kali ini didapatkan panjangvagina pada aym A adalah 7 cm dan berat 14 gram sedangkan pada ayam B panjangnya 2 cm dan berat 1 gram. Hasil pengukuran kedua ayam tersebut tidak sesuai dengan data dari Suprijatna et.,al, (2005), panjang normal vagina ayam selama produksi telur sekitar 12 cm. Perbedaan ini dipengaruhi oleh umur, pakan dan bangsa ayam.
Gambar 18. Vagina
Sistem Reproduksi Jantan
            Alat reproduksi jantan pada unggasdibagi dalam tiga bagian utama, yaitu sepasang testis, saluran deferens, dan alayt kopulasi.
            Testis. Unggas jantan memiliki dua buah testis yang terletak dibagian atas rongga perut dengan posisi memanjang di punggung mendekati ginjal. Testis berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem. Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albuginea yang lunak. Besar testis tergantung dari umur, strain, dan musim (Yuwanta, 2004). Testis menghasilkan sperma untuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina dan hormon jantan androgen, yang bertanggung jawab terhadap munculnya karakteristik kelamin sekunder unggas jantan, seperti jengger yang berwarna merah cerah, bulu, dan respon berkokok (Hardjosworo, 2006).
Ductus deferens. Ductus deferens terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dan testis. Sedangkan bagian bawah merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dinamakan ductus deferens, sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferns (Wihandoyo, 2008). Ductus deferens tidak bermuara kedalam organ kopulasi seperti pada spesies lainnya, tetapi kedalam papilla kecil (tonjolan seperti jari-jari tangan). Tonjolan-tonjolan ini terletak pada dinding dorsal kloaka dan berperan sebagai organ yang berfungsi untuk mengangkut semen (Fadilah dan Polana, 2004).
Alat kopulasi. Alat kopulasi pada unggas (ayam) berupa papila (penis) yang mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk seperti spira dengan panjang 12 sampai 18 cm. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi (Wihandoyo, 2008










KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran dari masing-masing organ reproduksi dan sistem digesti dapat disimpulkan bahwa alat pencernaan ayam terdiri dari mulut, oesophagus, crop, proventikulus, gizzard, usus halus (duodenum, jejenum, ileum), coecum, rektum dan kloaka. Organ tambahan pencernaan meliputi hati, limfa, dan pankreas. Alat reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium, oviduct (infudibulum, isthmus, magnum), uterus, vagina, dan kloaka. Organ digesti yang berada pada kisaran normal dipengaruhi oleh jenis dan bangsa ayam, umur, jenis kelamin, jenis pakan yang biasa diberikan.

























DAFTAR PUSTAKA
Amrullah. I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi IPB. Bogor.
Fadilah, R., dan Polana, A. 2004. Aneka PenyakitPadaAyam Dan Cara .Mengatasinya.AgroMediaPustaka.Tangerang.
Hardjosworo, Peni S. 2006. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadya, Jakarta
Muljowati, S, et,. al. 2006. Dasar Ternak Unggas. Unsoed. Purwokerto.
Oviedo, Rondon, E. O., M. E. Hume, C. Hernandez, and S. Clemente, Hernandez. 2006. Intestinal microbial ecology of broiler vaccinated and challenged with mixed Eimeria species, and supplemented with essential oil blends. Poult. Sci. 85:854-860
Sastrodihardjo, S.dan H. Resnawati. 2005. Inseminasi Buatan Ayam Buras: Meningkatkan Produksi Telur mendukung Pengadaan DOC Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta.
Suprijatna, E., Atmomarsono, U., danKartasudjana, R. 2005.Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta
Wihandoyo., J. H. P. Sidolog, H. Sasongko, S. Sudaryati, T. Yuwanta. 2008. Ilmu Ternak Unggas, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yoder, C. A., J. K. Graham, and L. A. Miller. 2009. Molecular Effect of Nicarbazin on Avian Reproduction. National Wildlife Research Center, 4101 Laporte Avenue, Fort Collins, Colorado 80521-2154; and Departement of Biomedical Sciences/ physiology, Colorado State University, Fort Collins 80523.

Yuwanta, T. 2004. Dasar ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.